Kerugian Pertama Sony Dalam 14 Tahun
Posted On 16 Januari 2009 at di Jumat, Januari 16, 2009 by Triawan Rahmadi Prasetyo
Untuk pertama kalinya sejak 14 tahun terakhir, Sony Corp Jepang akan membukukan kerugian operasi hingga mencapai $1,1 milyar, karena menurunnya penjualan dan penguatan yen. Harga saham Sony jatuh 9%, memangkas kapitalisasi pasar perusahaan $2 milyar menjadi $22 milyar, sementara Toshiba jatuh lebih dari 8% setelah media Jepang mengatakan bahwa perusahaan tersebut akan mengalami kerugian besar tahun ini.
Krisis finansial global telah memangkas minat beli akan barang elektronik, yang kemudian menyebabkan menumpuknya persediaan sehingga harga jatuh. Sony tidak menjadi perkecualian, mengalami penurunan di setiap lini operasinya dari semi konduktor sampai film dan asuransi.
Jika Sony membukukan kerugian sebesar itu, maka manajemen akan menghadapi tekanan yang memaksa untuk melakukan restrukturisasi, keluar dari bisnis dan memangkas 16.000 pekerjaan, termasuk 8.000 pekerja penuh waktu atau kira-kira setara dengan 4% dari total tenaga kerja global.
"Saya rasa ada kemungkinan perusahaan akan mempercepat proses restrukturisasi seperti yang telah diumumkan pada bulan Desember," kata analis Daiwa Institute of Research, Kazuharu Miura.
Sony tampaknya akan melakukan perampingan lebih jauh seperti memangkas jumlah pekerja penuh waktu dan menjual unit bisnis finansialnya yang terkena dampak jatuhnya harga saham, menurut salah seorang pengamat pasar.
Sony, perusahaan yang memproduksi televisi LCD Bravia, kamera digital Cyber-shot dan console game PlayStation bersaing dengan Samsung Electronics TV, Canon Inc (CAJ) di pasar kamera digital, dan Microsoft Corp. serta Nintendo di pasar video game.
Analis Sony telah memperkirakan bahwa Sony akan membukukan kerugian operasional dari tahun ini hingga 31 Maret, sementara Sony sendiri bulan Oktober lalu mengatakan bahwa mereka dapat membukukan penurunan pendapatan hingga ¥200 milyar karena menguatnya mata uang Yen.
Kerugian ini merupakan yang kedua kalinya semenjak Sony menjadi perusahaan publik pada tahun 1958. Kerugian pertama kali terjadi karena terdapat masalah pada bisnis elektroniknya, kata Nikkei.
Harga saham Sony turun 8.9% ke posisi ¥2.000, turun hampir dua kali lipat lebih jauh dibandingkan indeks Nikkei yang turun 4.8%. Harga saham turun 1.9% posisi $23.10 di New York Stock Exchange hari Senin kemarin.
Krisis finansial global telah memangkas minat beli akan barang elektronik, yang kemudian menyebabkan menumpuknya persediaan sehingga harga jatuh. Sony tidak menjadi perkecualian, mengalami penurunan di setiap lini operasinya dari semi konduktor sampai film dan asuransi.
Jika Sony membukukan kerugian sebesar itu, maka manajemen akan menghadapi tekanan yang memaksa untuk melakukan restrukturisasi, keluar dari bisnis dan memangkas 16.000 pekerjaan, termasuk 8.000 pekerja penuh waktu atau kira-kira setara dengan 4% dari total tenaga kerja global.
"Saya rasa ada kemungkinan perusahaan akan mempercepat proses restrukturisasi seperti yang telah diumumkan pada bulan Desember," kata analis Daiwa Institute of Research, Kazuharu Miura.
Sony tampaknya akan melakukan perampingan lebih jauh seperti memangkas jumlah pekerja penuh waktu dan menjual unit bisnis finansialnya yang terkena dampak jatuhnya harga saham, menurut salah seorang pengamat pasar.
Sony, perusahaan yang memproduksi televisi LCD Bravia, kamera digital Cyber-shot dan console game PlayStation bersaing dengan Samsung Electronics TV, Canon Inc (CAJ) di pasar kamera digital, dan Microsoft Corp. serta Nintendo di pasar video game.
Analis Sony telah memperkirakan bahwa Sony akan membukukan kerugian operasional dari tahun ini hingga 31 Maret, sementara Sony sendiri bulan Oktober lalu mengatakan bahwa mereka dapat membukukan penurunan pendapatan hingga ¥200 milyar karena menguatnya mata uang Yen.
Kerugian ini merupakan yang kedua kalinya semenjak Sony menjadi perusahaan publik pada tahun 1958. Kerugian pertama kali terjadi karena terdapat masalah pada bisnis elektroniknya, kata Nikkei.
Harga saham Sony turun 8.9% ke posisi ¥2.000, turun hampir dua kali lipat lebih jauh dibandingkan indeks Nikkei yang turun 4.8%. Harga saham turun 1.9% posisi $23.10 di New York Stock Exchange hari Senin kemarin.